Intermittent fasting menjadi tren diet yang banyak dilirik karena dapat menurunkan berat badan secara signifikan. Namun, kita perlu mengecek kondisi tubuh sebelum menjalani tren diet ini dan menjalankannya dengan tepat. Jika memungkinkan, carilah informasi, cermati kondisi kesehatan diri, atau konsultasilah pada ahli gizi sebelum memulai intermittent fasting.
Intermittent fasting adalah pola makan yang diatur sedemikian rupa dan terbagi menjadi jam tidak makan atau puasa dan jam makan, dengan durasi tertentu. Pola makan ini sering digunakan orang-orang untuk menurunkan berat badan dan memperbaiki metabolisme tubuh. Manfaat intermittent fasting lainnya adalah mendukung kesehatan jantung, membantu menurunkan tingkat kolesterol, mengurangi risiko obesitas, serta bisa memperkuat kemampuan berpikir.
Ada beberapa varian intermittent fasting.
Pertama, 16/8, yang artinya dalam waktu 24 jam, kita berpuasa selama 16 jam, kemudian makan dalam durasi 8 jam.
Kedua, eat-stop-eat, yaitu berpuasa selama 24 jam, keesokan harinya makan seperti biasa. Baru hari berikutnya kembali berpuasa selama 24 jam lagi.
Ketiga, alternate day fasting. Tipe ini lebih ekstrem karena jam puasa berlangsung selama 36 jam, baru setelahnya bisa makan seperti biasa.
Keempat, warrior intermittent fasting atau 20/4. Berpuasa selama 20 jam, lalu jam makan selama 4 jam.
Namun, perlu diperhatikan, orang dengan maag atau gerd, memiliki gangguan pada ginjal dan liver, dalam masa pemulihan setelah sakit, atau menderita penyakit lainnya, ada baiknya konsultasi dulu ke dokter ahli gizi atau mencari informasi lengkap sebelum menjalankan cara diet puasa ini. Sementara itu, orang dengan diabetes, ibu hamil dan menyusui, anak-anak, dan orang yang mengalami gangguan makan tidak disarankan menjalani intermittent fasting.
Jika kondisi fisik fit, tidak ada masalah kesehatan, atau sudah mendapat lampu hijau dari ahli gizi untuk ikut intermittent fasting, berikut ini adalah hal-hal yang perlu kita perhatikan.
Bagikan