Tingkat polusi udara yang tinggi bisa memicu penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Jika dibiarkan, bisa berujung pada penyakit yang lebih parah. Untuk itu, kita perlu mengenali gejala dan melakukan langkah-langkah untuk meminimalisasi risiko terpapar ISPA.
Belakangan ini santer mengemuka informasi, tingkat polusi di Jakarta sangat tinggi. Menurut VOA Indonesia, terhitung sejak Mei 2023, Jakarta masuk dalam golongan 10 besar kota di dunia yang memiliki tingkat polusi paling parah. Data ini hasil rangkaian pantauan kualitas udara oleh IQ Air dari Swiss.
Yang perlu kita perhatikan, dampak negatif polusi yang lebih besar pada balita dan lansia, lho! Balita mempunyai sistem pernafasan yang lebih kecil sehingga gas dan partikel berbahaya dalam polusi bisa terhirup dan memicu gangguan saluran pernafasan. Sementara itu, pada lansia, efek polusi bisa memperburuk kondisi penyakit seperti, stroke, diabetes, penyakit jantung, dan bahkan mempengaruhi kondisi demensia.
Seperti yang sudah kita ketahui, kondisi udara di Jabodetabek yang cukup buruk belakangan ini menyebabkan berbagai keluhan khususnya pada sistem saluran pernapasan yang umumnya disebut Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Dokter Spesialis Paru-paru Eka Hospital BSD Astri Indah Prameswari, SpP, FISR, menuturkan, ISPA adalah infeksi pada saluran pernafasan atas dan bawah. Gejalanya, antara lain batuk kering atau batuk, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan, nyeri kepala atau pusing, sesak nafas, dan demam. Lebih lanjut, Astri menjelaskan, penyakit ISPA bisa memicu sejumlah komplikasi seperti radang paru atau pneumonia, dan berisiko memicu penyakit jantung karena terjadi gangguan pada pembuluh darah.
Kita perlu mengambil sejumlah langkah untuk menghindari dampak buruk dari polusi udara sehingga terhindar dari ISPA dengan melakukan beberapa hal berikut.
Bagikan